Rabu, 24 Oktober 2012

Etika dalam profesi bidang akuntansi


Etika profesi akuntansi sangatlah penting. Etika menurut kamus besar Bahasa indonesia adalah Nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat. Setiap profesi yang menyediakan jasanya kepada masyarakat memerlukan kepercayaan dari masyarakat yang dilayaninya. Aturan Etika kompartemen Akuntansi Publik bersumber dari prinsip etika yang diterapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). Dalam kongres 1973, IAI untuk pertamakalinya menetapkan kode etik bagi profesi akuntan indonesia, kemudian disempurnakan dalam kongres IAI tahun 1981,1986,1994 terakhir tahun 1998. Kode etik IAI dimaksudkan sebagai panduan dan aturan bagi seluruh anggota, baik yang berpraktik sebagai akuntan publik,bekerja dilingkungan dunia usaha, pada instansi pemerintah, maupun di lingkungan dunia pendidikan dalam pemenuhan tanggungjawab profesionalnya
Kode Etik Ikatan Akuntansi Indonesia terdiri dari tiga bagian :1) Prinsip Etika, 2) Aturan Etika, 3)Intepretasi Aturan Etika.Prinsip etika memberikan kerangka dasar bagi aturan etika yang mengatur pelaksanaan pemberian jasa profesional oleh anggota,Prinsip etika disahkan oleh kongres dan berlaku bagi seluruh anggota.sedangkan aturan etika disahkan oleh rapat anggota himpunan dan hanya mengikat anggota himpunan yang bersangkutan. Interprestasi aturan etika merupakan interprestasi yang dikeluarkan oleh badan yang dibentuk oleh himpunan setelah memperhatikan tanggapan dari anggota, dan pihak-pihak berkepentingan lainnya, sebagai panduan dalam penerapan aturan etika tanpa dimaksud untuk membatasi lingkup dan peranannya.
Untuk dapat menjalankan profesinya sebagai akuntan publik di Indonesia, seorang akuntan harus lulus dalam ujian profesi yang dinamakan Ujian Sertifikasi Akuntan Publik (USAP) dan kepada lulusannya berhak memperoleh sebutan “Bersertifikat Akuntan Publik” (BAP). Sertifikat akan dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia. Sertifikat Akuntan Publik tersebut merupakan salah satu persyaratan utama untuk mendapatkan izin praktik sebagai Akuntan Publik dari Departemen Keuangan.
Profesi ini dilaksanakan dengan standar yang telah baku yang merujuk kepada praktek akuntansi di Amerika Serikat sebagai ncgara maju tempat profesi ini berkembang. Rujukan utama adalah US GAAP (United States Generally Accepted Accounting Principle’s) dalam melaksanakan praktek akuntansi. Sedangkan untuk praktek auditing digunakan US GAAS (United States Generally Accepted Auditing Standard), Berdasarkan prinsip-prinsip ini para Akuntan Publik melaksanakan tugas mereka, antara lain mengaudit Laporan Keuangan para pelanggan.
Kerangka standar dari USGAAP telah ditetapkan oleh SEC (Securities and Exchange Commission) sebuah badan pemerintah quasijudisial independen di Amerika Serikat yang didirikan tahun 1934. Selain SEC, tcrdapat pula AICPA (American Institute of Certified Public Accountants) yang bcrdiri sejak tahun 1945. Sejak tahun 1973, pengembangan standar diambil alih oleh FASB (Financial Accominting Standard Board) yang anggota-angotanya terdiri dari wakil-wakil profesi akuntansi dan pengusaha. Kode etik akuntan Indonesia memuat delapan prinsip etika sebagai berikut : (Mulyadi, 2001: 53) 1. Tanggung Jawab profesi Dalam melaksanakan tanggung jawabnya sebagai profesional, setiap anggota harus senantiasa menggunakan pertimbangan moral dan profesional dalam semua kegiatan yang dilakukannya. Sebagai profesional, anggota mempunyai peran penting dalam masyarakat. Sejalan dengan peran tersebut, anggota mempunyai tanggung jawab kepada semua pemakai jasa profesional mereka. Anggota juga harus selalu bertanggungjawab untuk bekerja sama dengan sesama anggota untuk mengembangkan profesi akuntansi, memelihara kepercayaan masyarakat dan menjalankan tanggung jawab profesi dalam mengatur dirinya sendiri. Usaha kolektif semua anggota diperlukan untuk memelihara dan meningkatkan tradisi profesi. 2. Kepentingan Publik Setiap anggota berkewajiban untuk senantiasa bertindak dalam kerangka pelayanan kepada publik, menghormati kepercayaan publik, dan menunjukan komitmen atas profesionalisme. Satu ciri utama dari suatu profesi adalah penerimaan tanggung jawab kepada publik. Profesi akuntan memegang peran yang penting di masyarakat, dimana publik dari profesi akuntan yang terdiri dari klien, pemberi kredit, pemerintah, pemberi kerja, pegawai, investor, dunia bisnis dan keuangan, dan pihak lainnya bergantung kepada obyektivitas dan integritas akuntan dalam memelihara berjalannya fungsi bisnis secara tertib. Ketergantungan ini menimbulkan tanggung jawab akuntan terhadap kepentingan publik. Kepentingan publik didefinisikan sebagai kepentingan masyarakat dan institusi yang dilayani anggota secara keseluruhan. Ketergantungan ini menyebabkan sikap dan tingkah laku akuntan dalam menyediakan jasanya mempengaruhi kesejahteraan ekonomi masyarakat dan negara. Kepentingan utama profesi akuntan adalah untuk membuat pemakai jasa akuntan paham bahwa jasa akuntan dilakukan dengan tingkat prestasi tertinggi sesuai dengan persyaratan etika yang diperlukan untuk mencapai tingkat prestasi tersebut. Dan semua anggota mengikat dirinya untuk menghormati kepercayaan publik. Atas kepercayaan yang diberikan publik kepadanya, anggota harus secara terus menerus menunjukkan dedikasi mereka untuk mencapai profesionalisme yang tinggi. Untuk memelihara dan meningkatkan kepercayaan publik, setiap anggota harus memenuhi tanggung jawab profesionalnya dengan integritas setinggi mungkin. 3. Integritas Integritas adalah suatu elemen karakter yang mendasari timbulnya pengakuan profesional. Integritas merupakan kualitas yang melandasi kepercayaan publik dan merupakan patokan (benchmark) bagi anggota dalam menguji keputusan yang diambilnya. Integritas mengharuskan seorang anggota untuk, antara lain, bersikap jujur dan berterus terang tanpa harus mengorbankan rahasia penerima jasa. Pelayanan dan kepercayaan publik tidak boleh dikalahkan oleh keuntungan pribadi. Integritas dapat menerima kesalahan yang tidak disengaja dan perbedaan pendapat yang jujur, tetapi tidak menerima kecurangan atau peniadaan prinsip. 4. Obyektivitas Setiap anggota harus menjaga obyektivitasnya dan bebas dari benturan kepentingan dalam pemenuhan kewajiban profesionalnya. Obyektivitasnya adalah suatu kualitas yang memberikan nilai atas jasa yang diberikan anggota. Prinsip obyektivitas mengharuskan anggota bersikap adil, tidak memihak, jujur secara intelektual, tidak berprasangka atau bias, serta bebas dari benturan kepentingan atau dibawah pengaruh pihak lain. Anggota bekerja dalam berbagai kapasitas yang berbeda dan harus menunjukkan obyektivitas mereka dalam berbagai situasi. Anggota dalam praktek publik memberikan jasa atestasi, perpajakan, serta konsultasi manajemen. Anggota yang lain menyiapkan laporan keuangan sebagai seorang bawahan, melakukan jasa audit internal dan bekerja dalam kapasitas keuangan dan manajemennya di industri, pendidikan, dan pemerintah. Mereka juga mendidik dan melatih orang orang yang ingin masuk kedalam profesi. Apapun jasa dan kapasitasnya, anggota harus melindungi integritas pekerjaannya dan memelihara obyektivitas. 5. Kompetensi dan Kehati-hatian Profesional Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya dengan berhati-hati, kompetensi dan ketekunan, serta mempunyai kewajiban untuk mempertahankan pengetahuan dan ketrampilan profesional pada tingkat yang diperlukan untuk memastikan bahwa klien atau pemberi kerja memperoleh manfaat dari jasa profesional dan teknik yang paling mutakhir. Hal ini mengandung arti bahwa anggota mempunyai kewajiban untuk melaksanakan jasa profesional dengan sebaik-baiknya sesuai dengan kemampuannya, demi kepentingan pengguna jasa dan konsisten dengan tanggung jawab profesi kepada publik. Kompetensi diperoleh melalui pendidikan dan pengalaman. Anggota seharusnya tidak menggambarkan dirinya memiliki keahlian atau pengalaman yang tidak mereka miliki. Kompetensi menunjukkan terdapatnya pencapaian dan pemeliharaan suatu tingkat pemahaman dan pengetahuan yang memungkinkan seorang anggota untuk memberikan jasa dengan kemudahan dan kecerdikan. Dalam hal penugasan profesional melebihi kompetensi anggota atau perusahaan, anggota wajib melakukan konsultasi atau menyerahkan klien kepada pihak lain yang lebih kompeten. Setiap anggota bertanggung jawab untuk menentukan kompetensi masing masing atau menilai apakah pendidikan, pedoman dan pertimbangan yang diperlukan memadai untuk bertanggung jawab yang harus dipenuhinya. 6. Kerahasiaan Setiap anggota harus menghormati kerahasiaan informasi yang diperoleh selama melakukan jasa profesional dan tidak boleh memakai atau mengungkapkan informasi tersebut tanpa persetujuan, kecuali bila ada hak atau kewajiban profesional atau hukum untuk mengungkapkannya. Kepentingan umum dan profesi menuntut bahwa standar profesi yang berhubungan dengan kerahasiaan didefinisikan bahwa terdapat panduan mengenai sifat sifat dan luas kewajiban kerahasiaan serta mengenai berbagai keadaan di mana informasi yang diperoleh selama melakukan jasa profesional dapat atau perlu diungkapkan. Anggota mempunyai kewajiban untuk menghormati kerahasiaan informasi tentang klien atau pemberi kerja yang diperoleh melalui jasa profesional yang diberikannya. Kewajiban kerahasiaan berlanjut bahkan setelah hubungan antar anggota dan klien atau pemberi jasa berakhir. 7. Perilaku Profesional Setiap anggota harus berperilaku yang konsisten dengan reputasi profesi yang baik dan menjauhi tindakan yang dapat mendiskreditkan profesi. Kewajiban untuk menjauhi tingkah laku yang dapat mendiskreditkan profesi harus dipenuhi oleh anggota sebagai perwujudan tanggung jawabnya kepada penerima jasa, pihak ketiga, anggota yang lain, staf, pemberi kerja dan masyarakat umum. 8. Standar Teknis Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya sesuai dengan standar teknis dan standar profesional yang relevan. Sesuai dengan keahliannya dan dengan berhati-hati, anggota mempunyai kewajiban untuk melaksanakan penugasan dari penerima jasa selama penugasan tersebut sejalan dengan prinsip integritas dan obyektivitas. Standar teknis dan standar professional yang harus ditaati anggota adalah standar yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia. Internasional Federation of Accountants, badan pengatur, dan pengaturan perundang-undangan yang relevan. Etika dalam Akuntansi Profesional Standar etika umum masyarakat berlaku untuk orang-orang dalam profesi seperti kedokteran keperawatan hukum dan sebagainya akuntansi seperti halnya kepada orang lain

Sumber :

Rabu, 30 Mei 2012

Factors That Inspired The Avengers


I think the factors that made ​​me interested in this film is viewed at a glance who is on my mind this film certainly qualified. and provedonce I menontonya quality of this film is a visual and audio effectsare already very good, although when we watch may seem tooadvanced technologies used once each and impressed only in a utopian world, but nevertheless this movie is great. meaning in terms of story can I take is a superhero who work together helping each other in protecting this world, that world of fantasy heroes inthis world have come together to protect what we as a living persondoes not protect or destroy the world?
This movie can not be separated from some of the dialogue ishilarious and every dialogue is perfectly played by each playermovie

Senin, 28 Mei 2012

If I Became Director

of these films have the disadvantage of this in my opinion there are some parts of the movie a bit boring because it is less interesting, in my opinion is better not pull the film removed. and there are some parts where the city devastated by the arrival of the troops Loki but no visible victims of the war.

I Get Inspiration : The Avengers
This movie inspirired me that humans have the intelligence andincredible technological sophistication if technological sophistication in thinking about this movie is impossible but this may only happen in the future. This world can be good or destroyed all the people if a human can use his intelligence to good to be issued then the result is good, but if intellingence is used for things that are not good then the results obtained is bad, because this world is in human hands.

Movie of my choice    : The Avengers
Genre                          : Superhero, Action
Studio                          : Walt Disney Picture
Sutradara                    : Joss Whedon
Produser                      : Kevin Feige, Alicia Gelernt
Penulis Naskah : Zak Penn
Pemain :
1.      Robert Downey Jr
2.      Chris Evans
3.      Chris Hemsworth
4.      Samuel L. Jackson
5.      Tom Hiddleston
6.      Scarlett Johansson
7.      Jeremy Renner
8.      Mark Ruffalo
9.      Clark Gregg
10.  Cobie Smulders,Lou Ferrigno
Film ini berawal dari agensi S H I E L D yang dipimpin oleh Samuel L. Jackson, Agensi ini sedang melakukan eksperimen untuk membuat nuklir dari energy cube. Energy ini mampu membangkitkan atau mengganti energy listrik didunia. Namun terjadi masalah pada cube ini, cube ini malah membuka portal antara bumi dan dunia asgard(planet luar) dengan terbukanya portal ini muncullah sesosok laki-laki bernama Loki,Loki ini adalah tokoh yang jahat yang sakit hati karena ia gagal menjadi Raja planet Asgard dan akan membalaskan dendamnya kepada Thor yang mengalahkan Loki sebagai Raja diplanet Asgard.Loki memiliki tongkat yang mampu merubah pikiran seseorang dan membuat 2 anggota S H I E L D kehilangan pikiran normalnya yaitu Dr. Erik Selving dan agen clint Barton. Karna Loki mengancam keamanan dunia maka pemimpin S H I E L D menyatukan semua superhero marvel dan menamai proyek ini THE AVENGER yaitu mengumpulkan agen Natasha Romanoff/ Black Widow (Scarlett Johansson), Bruce Banner/Hulk (Mark Ruffalo), Steve Rogers/Captain America (Chris Evans) dan Tony Stark/Iron Man (Robert Downey, Jr.). Loki pun tidak tinggal diam ia meminta bantuan kepada para pasukan perangnya dari planet asgard untuk menyerang bumi dan melumpuhkan kumpulan superhero tersebut, namun semua itu sia-sia The Avengers mampu mengalahkan setiap pasukan yang datang. Dan The Avengers pun mampu mengalahkan Loki dan dunia pun kembali aman.

Senin, 30 April 2012

Distinguish Factor


Inilah  fakta yang membedakan Generasi Y dengan generasi sebelumnya, generasi X (1965-akhir ’70) atau baby boomers (1946-1964):
1. Tidak sabaran, tak mau rugi, banyak menuntut
Generasi ini terbiasa dengan yang instan-instan, cenderung tidak sabaran. Bila memiliki keinginan harus segera terlaksana. Karakter ini tidak akan menjadi masalah, asalkan bisa memastikan bahwa apa yang dilakukannya bermakna positif.
2. Percaya diri dan optimis
Gen Y cenderung lebih mudah menerima perubahan, karena lebih open minded dan berkeinginan tinggi untuk belajar segala hal baru. Mereka juga lebih percaya diri untuk tampil di depan forum dan mengemukakan pendapatnya.
3. Family centric
Remaja gen-y lebih dekat pada keluarganya, dibanding remaja generasi baby boomers. Remaja generasi baby boomers lebih memilih untuk menjauh dari orang tua dan mandiri. Sementara Gen-Y meskipun mandiri, tetapi cenderung dekat, bahkan masih manja dengan orang tua.
4. Suka inovasi/memunculkan ide baru
Terkadang tanpa dicoba pun akan keluar ide-ide baru dari gen-Y untuk perusahaan tempatnya bekerja, karena cara berpikirnya saja sudah berbeda dengan generasi baby boomers. “Give me the latest!’ . Gen-Y selalu mengikuti trend terbaru, dan tak sabar untuk menciptakan trendnya sendiri.
5. Memiliki semangat yang luar biasa
Generasi Y mengerjakan tugas dengan lebih bersemangat dan cepat karena kebanyakan lebih melek tekhnologi. Mereka cenderung mudah beradaptasi dengan tekhnologi baru.
6. Tidak menyukai jadwal yang detail
Generasi lama adalah perencana dan schedulers, sementara gen-Y adalah koordinator.
Bertemu dengan klien atau teman, misalnya, tanpa perlu perjanjian yang rumit dan direncanakan, bertemu di tempat yang disetujui secara mendadak pun dilakukan, seperti kapal mengikuti radar. Sementara perusahaan umumnya beroperasi berdasarkan rencana jangka panjang terperinci.
7. Anytime-anywhere
Generasi baby boomers memandang waktu dan tempat sebagai norma, sementara gen-Y kurang memperdulikan aturan baku. Bagi mereka, bekerja dari café atau local starbucks merupakan hal lumrah.
8. Bagaimana mereka berkomunikasi
Gen-Y jauh lebih nyaman menggunakan teks dan jaringan sosial, sementara generasi lama mungkin bukan hanya tidak nyaman dengan komunikasi digital, mereka bahkan merasa terganggu dengan kurangnya interaksi bertatap muka.
9. Bagaimana mencari informasi atau belajar
Generasi Y ingin belajar ‘on demand’, to the point, hanya untuk hal-hal sesuai cita-cita/passion/impian mereka, sesuai kebutuhan mereka. Gen-Y cenderung bosan dengan pelatihan yang bertele-tele dan bertahap yang dianjurkan perusahaan.
Itulah mengapa pendidikan berdasarkan kompetensi lebih cocok untuk Gen-Y.
Ringkasan tiga generasi tersebut adalah sebagai berikut”
1. Generasi Baby Boom (36 – 45)
-. Perkiraan: 30% dari populasi, lahir 1946 – 1964
-. 81 juta orang
-. Membelanjakan lebih dari $900 miliar per tahun
-. Generasi sebagai icon “KAMI”
-. Generasi penentu
-. Mengalami rock and roll, televisi, demo/kerusuhan, eksplorasi ruang, perang vietnam/hippies, pembagian ras, revolusi seksual, yuppies, makna baru dari umur 50
-. Merespon terhadap petunjuk pencapaian/kepahlawanan, kewenangan iconic, segala sesuatu yang di dapat, kenyamanan, tunjangan, anti penuaan
2. Gen X (24 - 35)
-. Perkiraan 17% dari populasi, lahir 165 – 1976
-. 46 juta orang
-. Membelanjakan $125 milliar per tahun
-. Generasi sebagai individu “Saya”
-. Pemebrontak / pemberi pengaruh
-. Mengalami : anak-anak yang kecewa dengan perceraian, didorong untuk mandiri, lelucon/geng/kekerasan, menurunnya peran orang tua
-. Budaya pop, ledakan informasi
-. Saat ini: menentang struktur tradisional, kewirausahaan, pendidikan tinggi/didorong ulang, mengambil alih untuk menunjukkan kekuatan suara mereka
-. Merespons terhadap: mereka sendiri tercermin dalam citra/pesan, imajinasi/sarkasme sengit & kreativitas, pesan-pesan bidih/pintar, paradigma dekonstruktur, gaya, barang-barang mewah dan pasar massal
3. Gen Y (6 – 23)
-. Perkiraan: 30% dari populasi, lahir 1977 – 1994
-. 75 juta orang
-. Membelanjakan antara $35 – 100 milliar pertahun
-. Generasi sebuah filosofi “Semua”
-. Menurut kata hati
-. Mengalami: Integritas, memahami info multilapis, dibesarkan di era merek, persatuan, optimistis, dibesarkan di era psikologis, kelahiran masa depan, daur ulang
-. Merespons terhadap: ide-ide baru, disertai filosofi, pengalaman pancaindera, pesan multi generasi, pesan yang menyatakan mereka pintar, kegembiraan/pembelajaran, orang tua sebagai pahlawan, mesyarakat yang menarik, rasa kemasyarakatan



Ten differences between Generation X and Generation Y employees
Recruitment is an ever changing landscape, and with demographics continually changing it makes for some interesting recruiting strategies going forward. The early Baby Boomers (defined as being born between 1946 to 1964, and aged between 43-61) are now starting to retire, and as recruiters we are now having to put more of a focus on Generation X-ers (defined as being born between 1965 to 1979, and aged between 28-42) and Generation Y-ers (defined as being born between 1980 and 1984, and aged between 13-27).
But to recruit and retain people from these two generations, then we surely need to understand what makes them tick in a working environment. Krista Third of Tamm Communications has noted ten different workplace differences between the X and Y generations that we should all take note of:
1. Preferred style of leadership
  • - only competent leaders will do
  • Y – collaboration with management is expected
2. Value of Experience
  • X – don’t tell me where you have been, show me what you know
  • Y – experience is irrelevant, as the world is changing so fast
3. Autonomy
  • X – give them direction, and then leave them to it
  • Y – questions, questions, questions
4. Feedback
  • - expect regular feedback
  • - need constant and immediate feedback
5. Rewards
  • X – freedom is the ultimate reward
  • Y – money talks
6. Training
  • X – want to continually learn, if they don’t they will leave
  • Y – still in an exam driven mentality
7. Work Hours
  • X – do their work and go home
  • Y – will work as long as needed …or until they get bored
8. Work Life Balance
  • X – they want to enjoy life to the full, while they are young enough to do so
  • Y – their lives are busy – they need alot of ‘me’ time
9. Loyalty
  • X – they are committed as everyone else working there
  • Y – already working out their exit strategy
10. Meaning of Money
  • X – it gives freedom and independence
  • - just something that allows them to maintain their lifestyle
Source : http://blog.sironaconsulting.com/sironasays/2007/12/our-futurex-ver.html
http://krisnafr.multiply.com/?&preview=&item_id=39&album=18&photo=&page_start=20&show_interstitial=1&u= 

Agree In Future



I'm disagree because, In a survey conducted by the Pew Internet and American Life Project, an overwhelming majority of technology experts and stakeholders believe that social networking and online sharing is more than just a fad for today’s youth.

More than two-thirds of those surveyed indicated that the Millennial generation — otherwise known as Generation Y — will continue to use social networking tools as they mature into adult life stages and have families of their own.

The research is part of Pew’s fourth “Future of the Internet” study which includes responses from selected experts and Internet users who were asked to think about “the future of the Internet-connected world between now and 2020.”

When it comes to Millennials, 67% of experts in the respondent pool agreed with the following statement:

“By 2020, members of Generation Y (today’s ‘digital natives’) will continue to be ambient broadcasters who disclose a great deal of personal information in order to stay connected and take advantage of social, economic, and political opportunities. Even as they mature, have families, and take on more significant responsibilities, their enthusiasm for widespread information sharing will carry forward.”

Pew found that the experts believe the advantages and social benefits of sharing personal information online far outweigh the consequences, an attitude that these young “digital natives” will carry into adulthood. A survey response from a Mozilla programmer exemplifies this notion: “Unless Generation Y has a collective privacy-related epiphany, they will continue to happily trade it for convenience.”

There’s even consensus that society may learn to forgive these teens of their youthful errors in judgment online.

Those dissenting with the majority (29%) believe that Generation Y will lose interest in social networking and age out of sharing personal information online.

At the rate teens are using social networking sites, it’s easy to see why the experts believe social media usage will grow with younger generations as they mature. Where do you stand on the subject?